Monday 23 September 2013

KAPALA NAGARI - Tawaran Giur Belanda di Tanah Batak

Kapala Nagari bisa juga dikatakan Kepala Pemerintahan, Kepala Wilayah dan lain sebagainya yang memiliki makna memiliki wewenang dan kuasa atas suatu komunitas/lingkungan/kenegerian dll. 

Dengan menjadi Kapala Nagari, tentu banyak hal yang bisa diatur, diarahkan, dikuasai atas dasar wewenang titel dan jabatan Kapala Nagari. Kapala Nagari sendiri baru ada di jaman Belanda tiba di Tanah Batak, tawaran yang menggiurkan Belanda menjadi daya tarik tersendiri bagi para Raja Bius atau Raja Huta. Bukan hanya Raja Bius dan Raja Huta, mereka yang bukan Raja Bius dan Raja Huta pun tertarik dengan tawaran Belanda tersebut, dengan berbagai cara tentu muncul pertanyaan bagaimana caranya bisa memperoleh keuntungan yang ditawarkan Belanda tersebut. 

Di Samosir sendiri, Belanda datang ke tanah Pangururan. Pangururan dipilih menjadi tempat singgah Belanda dikarenakan Pangururan merupakan wilayah yang lebih dulu maju, baik dari segi banyaknya penduduk dan wilayahnya yang bukan lagi hanya rawa-rawa saja, melainkan sudah mulai terstruktur dengan baik dan memiliki tanah yang datar. 

Di tahun 1860 an, Belanda sudah memasuki tanah Batak, bukan hanya Belanda, sebelumnya bangsa Eropa juga sudah memasuki tanah Batak. 

Jabatan Kapala Nagari ternyata merusak tatanan budaya bangsa Batak. Dengan masuknya Belanda dan iming-iming Kapala Nagari kepada tiap-tiap Raja Bius/Raja Huta maupun bukan Raja Bius/Raja Huta menginginkan titel Kapala Nagari. Banyak keuntungan mereka yang telah menjadi Kapala Nagari, selain diberikan ilmu dalam membaca, menulis, pengetahuan teknologi, pengetahuan ekonomi, bercocok tanam yang baik, keterampilan dan lain-lainnya. Untuk itulah tidak pernah terjadi peperangan di wilayah Samosir terutama Pangururan antara masyarakat dengan Belanda, namun ada juga Raja Bius/Raja Huta yang menolak Belanda, akan tetapi melihat beberapa pihak mendukung, pihak yang menolak tidak memiliki reaksi apapun atau melaksanakan perang.

Belanda tiba di Pangururan, Pangururan yang merupakan wilayah Bius Sitolu Tupuk antara Sitanggang, Simbolon dan Naibaho. Sitanggang memiliki bius paling luas diantara Naibaho dan Simbolon, padahal Sitanggang adalah hela dari Naibaho bila dilihat dari leluhur diatas namun Sitanggang yang memiliki bius paling luas. Ada juga yang mengatakan itu karena Sitanggang menikahi boru siakkangan Naibaho, sehingga memperoleh bius paling besar dari Naibaho. Melihat hal tersebut, Belanda memanfaatkan keadaan, ditambah turi-turian leluhur dimana dalam parpariban Sitanggang dan Simbolon telah membudaya hingga turun temurun dimana siakkangan di pomparan Simbolon yaitu Tuan Rading Nabolon anak Tuan Nahoda Raja cucu dari Suri Raja dan Simbolon Tua menikahi boru Naibaho yang merupakan adik ipar dari Sitanggang yang juga menikahi boru Naibaho. Melihat abang sulungnya marabang, adik-adiknya mengikuti hal tersebut dan hal ini terus membudaya di Pangururan, ditambah kata-kata damai tulang Naibaho rap marsihahaan rap marsianggian, untuk itu hingga saat ini di Pangururan siapa yang lebih dulu lahir, dialah siabangan (lebih lengkap lihat artikel RAJA NAIAMBATON (Tuan Sorba Dijulu - Ompu Raja Nabolon). 

Kembali pada Kapala Nagari, melihat wilayah Sitanggang lebih besar dibandingkan yang lainnya, Belanda mendekati marga-marga Sitanggang dan mencari Raja Jolo dari marga Sitanggang (yang biasanya adalah Raja Huta/Raja Bius/yang dituakan), setelah bertemu Belanda mengadakan pertemuan di Pangururan dan mengundang para Raja Bius/Raja Huta masing-masing wilayah di wilayah Samosir. Undangan ini menjadi kontroversi, ada yang menolak ada juga yang merespon dengan baik, namun disinilah dimulai terjadi perubahan secara signifikan di orang Batak terutama di wilayah Samosir yang notabene menjadi wilayah kediaman marga-marga Parna.

Di hari yang ditentukan, di Pangururan datanglah para Raja Bius/Raja Huta dari wilayah Samosir, ada yang datang, ada yang menolak, Raja Bius/Raja Huta satu marga menolak datang namun diam-diam sang adik menghadiri undangan tersebut, ada yang tidak diundangn namun turut hadir karena keuntungan yang ditawarkan, mereka yang menolak adalah mereka yang tidak ingin dibodohi, karena mereka tahu tujuan Belanda datang ke Samosir adalah memperluas wilayah pertahanan dan membuat benteng di tiap-tiap wilayah, karena di Tapanuli Belanda tidak diterima dengan baik seperti diterima di Pangururan, sehingga dengan berbagai akal Belanda mencari siasat baru untuk memperluas wilayah.

Lalu diberilah Sitanggang jabatan Kapala Nagari di wilayah Pangururan, dengan gelar Raja Pangururan, Sidauruk menjadi Kapala Nagari di Simanindo, Manihuruk menjadi Kapala Nagari di lumban suhi-suhi, dan lain sebagainya seperti di wilayah Tomok juga beberapa wilayah lainnya. Karena mereka-mereka yang hadir diberi jabatan, ilmu, pengetahuan dan lain-lain mengikat para Kapala-Kapala Nagari menjadi lebih erat hubungannya, seperti hata na ringkot 'jonok dongan partubu, unjonok dongan parhundul'. Dengan kedekatan dan kesamaan jabatan, mereka menjadi lebih dekat dibandingkan abang adiknya yang lebih kandung. Dengan adanya Kapala Nagari membuat tatanan budaya Batak menjadi berantakan, partuturan, tarombo, dll. 

Di Tapanuli sendiri Belanda tidak bisa masuk langgeng seperti mereka masuk ke Pangururan, ini dibuktikan dari sebuah artikel yang berisi "Sebelum Sisingamangaraja XII gugur, ia sempat ditawari untuk diangkat sebagai Sultan atas Tanah Batak oleh Gubernur Belanda Van Daalen. Bahkan Sang Gubernur sendiri berjanji akan menyambut kehadirannya dengan seremonial tembakan meriam 21 kali. Akan tetapi, Sisingamangaraja XII menolaknya bahkan semakin gencar melakukan perlawanan." 

Dapat kita lihat cara Belanda mendekati Raja Sisingamangaraja dengan memberikan jabatan Sultan atas Tanah Batak, namun ditolak. Lain dengan di Samosir terutama Pangururan yang dengan mudah masuk dan memberikan jabatan-jabatan yang menggiurkan. Ini terlihat dari sebuah artikel yang berisi 'Daerah Batak Samosir menjadi salah satu bagian dari 5 (lima) onderafdeling pada Afdeling Bataklanden, yaitu Onderafdeling Samosir yang beribukota di PangururanOnderafdeling Samosir dipimpin oleh seorang Controleur van Samosir.'

Artikel diatas menunjukkan dan membuktikan kebenaran Kapala Nagari yang mudah disusupi Belanda di Tanah Pangururan, namun tidak ada yang tahu siapa Controleur van Samosir yang dimaksud diatas, mungkin saja Kapala Nagari di Pangururan yang mungkin adalah salah satu marga yang memiliki wilayah kuasa paling besar di Pangururan, tidak ada yang tahu.

Namun satu hal positif dari adanya Kapala Nagari adalah kemajuan bangsa Batak di tiap-tiap Marga walaupun tidak merata di semua Marga. Bangsa Batak boleh berbangga karena bisa tampil di jajaran pejabat di Indonesia, itu adalah hasil positif dari adanya keuntungan terutama dari segi ilmu, pengetahuan yang diperoleh dari Belanda. Bagi Parna sendiri, itu dapat dilihat dari kemajuan Marga Simbolon, Sitanggang yang lebih dulu maju dan dapat tampil dan menduduki jabatan-jabatan strategis di wilayah Indonesia baik di Pemerintahan maupun di perusahaan Swasta. Namun karena kemajuan teknologi, sudah ada marga Parna yang lain yang sudah maju walaupun tidak sebanyak marga Simbolon dan Sitanggang, seperti Prof. Radja Pingkir Sidabutar, Prof. Arifin Sitio, Jenderal Siallagan, Jenderal Sidabutar, Jenderal Rumahorbo dll. Namun satu hal yang perlu diketahui, mereka yang maju adalah mereka yang sudah keluar merantau dari tanah Samosir dan beradu nasib dan mengenyam pendidikan yang baik di luar Samosir.

Sidauruk-Manihuruk bukan dari Sitanggang (Silo) (Opini Penulis)

Ada versi yang mengatakan Sidauruk dan Manihuruk bukanlah dari Sitanggang, melainkan dari Tamba Tua. Sidauruk dan Manihuruk menjadi marga manjae Sitanggang adalah karena mereka sama-sama Kapala Nagari, karena kehidupan yang lebih dekat akhirnya membuat filosofi silsilah Sidauruk dan Manihuruk menjadi marga manjae Sitanggang. Karena kedekatan mereka, posisi Sidauruk dan Manihuruk menjadi bungsu di silsilah Sitanggang. Mengapa bungsu...? bila kita mengangkat anak atau saudara, tentu anak/saudara tersebut akan menjadi bungsu di keluarga kita bukan...?? sama seperti bila kita menikah dengan boru Jawa, dan boru Jawa tersebut diberi marga dari ibu kita, posisi boru Jawa (istri kita) tersebut adalah bungsu dari boru tulang kita bukan? Sama seperti Gusar, yang diangkat Raja Sitempang II menjadi anak, dan menjadi bungsu Raja Sitempang II dan menjadi adik Sitanggang Bau.

Apabila kembali pada tatanan budaya Batak, dalam versi Tamba Tua, bila kita mengunjungi huta Tamba di Kec. Sitio-tio, akan dapat kita temukan Golat dan warisan Ompung Tamba Tua kepada Sidauruk dan Manihuruk. Untuk itu dalam silsilah Tamba Tua, yang pergi dari huta Tamba adalah Sidauruk dan yang tinggal di huta Tamba adalah marga Tamba, yaitu Tamba Sidauruk, keturunan Lumban Toruan, Tuan Raja Diuruk.

tarombo Tamba Tua

Masih ada marga Sidauruk yang mengatakan posisi mereka adalah dari Tamba Tua, namun mayoritas mengatakan memang dari Sitanggang. Untuk Manihuruk, adapun asal-usul Manihuruk adalah keluar dari huta Tamba dan merantau ke Lumban Suhi-suhi, kisah marga Manihuruk sampai ke Lumban Suhi-Suhi hampir mirip dengan kisah Gusar (Sidjabat) yang datang ke Lumban Suhi-suhi, untuk itulah Sitanggang memberikan wilayah Lumban Suhi-Suhi kepada mereka dongan tubu yang diangkat menjadi anak/adik sebagai tempat tinggal dan beranak cucu. Namun untuk Manihuruk sendiri, memang tidak bisa dipungkiri hampir mayoritas mengatakan dari Sitanggang dan penulis pribadi belum pernah mendengar ada yang mengatakan dari Tamba Tua, namun sebelum gencar-gencarnya silsilah Sitanggang yang keluar, Manihuruk selain yang mereka tau berasal dari Sitanggang, induk mereka adalah Munthe Tua, namun seperti halnya Sigalingging yang dalam Munas Nasionalnya mengatakan dari Munthe Tua sekarang ini beralih menjadi dan mengikuti versi Sitanggang, diperkuat dengan adanya rencana Sigalingging mengadakan Re-Munas kembali.

Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang merusak, banyak hal yang simpang siur. Tulisan diatas bukanlah benar 100%, hanya analisa dan opini pribadi Penulis berdasarkan pengetahun yang diperoleh dari sumber-sumber dan keterkaitan antara turian, tano parserahan, golat dll. Mohon maaf apabila menyinggung dan terdapat kata-kata yang salah yang tanpa disengaja ^_^.

(Christian Sidabutar)


















No comments:

Post a Comment