Thursday 3 April 2014

'Melayani' Willingness Heart

Bukan orang yang selalu mau mendapatkan...tetapi seorang pemberi.
Bukan orang yang selalu menyimpan dendam...tetapi seorang pemaaf.
Bukan orang yang selalu mengingat-ingat kesalahan, tetapi seorang yang dapat melupakan.
Bukan seorang bintang...tetapi seorang pelayan.



Kata-kata diatas dikutip dari sebuah buku berjudul "Improvig Your Serve". Indah sekali dibaca dan direnungkan kata-kata tersebut walaupun, yaaa agak susah menerapkannya. 

Kata-kata diatas menurut saya menuliskan tentang melayani dari hati, "your passion". Mungkin senang sekali rasanya kalau kita melayani orang-orang besar seperti Bos, Direktur, Artis, Tokoh Papan Atas, dan orang-orang terkenal dan wuaaahh... Tapi sungguh kurang mengenakan kalau kita yang sarjana atau master atau doktor, atau kita yang kerjanya di perusahaan wuaaahhh, atau teman-temannya level atas dan mainnya di tempat-tempat kumpulnya anak gahulllll, tentu akan berat sekali rasanya bila "terus-menerus" melayani orang yang kita anggap dibawah kita pendidikannya, pekerjaannya, dan latar belakangnya.

Manusia itu sifatnya memilih, tentu yang terbaik untuk dirinya. Memilih ingin melayani siapa pun adalah hal yang lumrah dan wajar karena itulah uniknya manusia.

Tapi kata-kata diatas (paling atasssss!!) menunjukkan kerendahan hati dan sikap melayani yang tulus dari dalam hati. Bait pertama mengajarkan akan kerendahan hati dan sikap egois, dan mungkin ambisius, karena terkadang saya sendiri menyadari menginginkan banyak hal, apa yang dilihat mata daging mengingkan itu :). Memberi adalah sikap yang memberi ruang di dalam diri kita betapa besarnya sukacita yang kita rasakan. Memberi memberikan kesempatan pada diri kita untuk mengerti mengapa kita ini hidup berdampingan satu sama lain.

Di bait kedua diajarkan, seringkali setiap sakit hari berujung dendam dan luka tersebut menjadi luka akut bagi diri kita. Terkadang tanpa disadari luka itu menghambat yang namanya "Maaf" hadir ketika yang lainnya tak sengaja menyinggung perasaan kita. Sesungguhnya sikap memaafkan membuat kita bernafas lebih lega dan tenang, jarang sekali mereka yang terluka mengobati luka si dendam dengan menghadirkan maaf  dan membiarkan si maaf melakukan pekerjaannya terhadap sakit hati, karena sebelum maaf sampai ditempat sakit hati untuk mengobati, dendam menjadi penghalang keduanya, bahkan si maaf tak dapat menembus dinding dendam karena dendam tidak mampu dan tidak mau melihat maksud baik dari si maaf, karena dendam nyaman dengan keadaan luka yang tak terobati. Sebenarnya si maaf mampu saja menembus dinding si dendam, namun itu tidak akan terjadi bila tidak dari keinginan diri kita. :)

Orang yang maju dan berhasil serta memiliki pribadi yang berkualitas adalah orang yang tidak meingat-ingat kesalahan yang lalu, namun melupakan. Melupakan bukan berarti lupa akan peristiwa yang terjadi, namun melupakan luka yang pernah mampir, melupakan efek negatif dari peristiwa itu dan menjadikan sebuah pengalaman serta dorongan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, karena orang yang seperti itu menyadari bila selalu meningat-ingat kesalahan tsb, tentu sangat-sangat dan sangat menghambat dirinya saat ini dan masa depannya. ^_^

Tidak perlu melayani yang dilihat mata, melakukan hal-hal diatas adalah salah satu sikap melayani, melayani diri kita sendiri, membuang segala energi negatif dalam diri kita. Ketika kita mampu menyelesaikan tugas seorang pelayan bagi diri sendiri, itu adalah modal yang luar biasa ketika kita terjun untuk melayani orang lain disekitar kita, siapapun itu, dimanapun, kapanpun, karena seorang pelayan adalah seorang yang memberi, rela mengampuni, dan yang dapat melupakan duka.

No comments:

Post a Comment